'Demam' Ahok di Balai Kota
2017.04.27
Jakarta

Balai Kota Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta tak ubahnya lokasi temu penggemar sepanjang hari Rabu, 26 April 2017. Keriuhan ada di mana-mana.
Dari pendopo Balai Kota bergaya Indische Woonhuis, pelataran seluas 10x10 meter yang dihiasi pohon Baobab dan Pule, hingga ruas jalan Merdeka Selatan di depan kompleks gedung, penuh papan bunga dan kerumunan orang.
Keceriaan tumpah-ruah, bersumber pada satu nama: Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama. Gubernur DKI Jakarta itu memang ibarat pemeran utama yang ditunggu kehadirannya oleh khalayak.
Sedari pagi, massa telah menyemut di Balai Kota. Bukan untuk berkeluh-kesah, seperti biasa mereka lakukan saban pagi sebelum Ahok ngantor. Melainkan sekadar bersalaman atau berfoto dengan gubernur petahana yang kalah dari Anies Baswedan dalam Pilkada DKI Jakarta, 19 April lalu.
Menurut seorang jurnalis yang biasa meliput di Balai Kota, Erna Martiyanti, massa yang berjumlah ratusan itu menunggu Ahok sejak pukul 07.00 WIB.
Walhasil, Ahok yang datang 20 menit kemudian sempat kesulitan memasuki gedung lantaran warga berebutan meminta swafoto dan bersalaman.
Antusiasme warga tak luntur meski Ahok sempat sejenak meninggalkan kantor untuk menghadiri acara Musyawarah Rencana Pembangunan Nasional (Musrembang) 2017 di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, yang juga dihadiri Presiden Joko Widodo. Massa tetap setia menunggu di Balai Kota.
Mereka mengisi waktu dengan berfoto bersama karangan bunga yang memenuhi kompleks Balai Kota.
Senyum sesekali terukir di wajah mereka, tatkala menemukan kalimat lucu terpampang di karangan bunga. Pesan yang ditulis memang tak melulu berisi ungkapan terima kasih atau doa untuk Ahok serta Djarot Saiful Hidayat --Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Beberapa di antaranya berisi pesan nyeleneh, seperti, “Alumni SD-SMP Taman Harapan Indah, yang dulu banjir, sekarang enggak lagi, enggak tahu ke depan banjir atau enggak”.
Muhasan, seorang warga yang datang ke Balai Kota mengatakan, "banjir" karangan bunga ini menunjukkan bahwa masyarakat menyukai kinerja Ahok selama menjabat Gubernur Jakarta sejak 2014.
“Harapan saya, gubernur baru nanti minimal bekerja seperti Ahok. Mudah-mudahan bisa lebih baik,” kata warga Sunter, Jakarta Utara, itu.
Lina Marlina, warga Kebayoran Lama, mengutarakan hal sama. ”Ini menunjukkan banyak yang dukung Ahok,” katanya, sembari mengambil beberapa mawar yang terpasang di papan karangan bunga.
2.700 karangan bunga
Menurut seorang petugas keamanan, Agam Mulia, karangan bunga mulai datang ke Balai Kota, sejak Jumat pekan lalu, yang ketika itu jumlahnya bisa dihitung jari.
“Sekitar tiga lah. Dan, ditaruh di kanan pendopo,” kata Agam.
Gelombang karangan bunga mulai tak terbendung sejak Selasa, 25 April. Karangan bunga terus berdatangan, hingga akhirnya tak lagi tertampung di halaman gedung, dan harus ditempatkan di sepanjang trotor Merdeka Selatan.
Kepala Biro Kepala Daerah dan Kerja Sama Luar Negeri DKI Jakarta, Mawardi, mengatakan hingga Kamis, setidaknya sudah mencapai 2.700 karangan bunga sampai ke Balai Kota.
Apakah mungkin jumlah itu bertambah? “Kayaknya (bertambah),” kata Mawardi kepada BeritaBenar.
Ia tak keliru. Sejumlah karangan bunga masih berdatangan ke Balai Kota, Kamis siang.
Salah satunya Dino, pegawai toko Seni Florist di kawasan Mangga Besar, Jakarta Pusat.
“Dari Selasa malam, sudah (mengantar) 60 buah ke sini,” kata Dino yang sibuk menggotong karangan bunga.
Perihal gelombang warga dan karangan bunga itu, Ahok mengucapkan terima kasih. Ia mengaku tak terganggu meski banyak warga datang ke Balai Kota untuk menemuinya dan berfoto bersama.
“Kalau udah hasrat senang melayani orang, ya, biasa saja,” kata Ahok kepada wartawan.
Lain halnya dengan komentar Wakil Ketua DPR Fadli Zon.
“Saya rasa masyarakat sudah tahu lah. Itu bukan efek positif yang didapat, tapi negatif. Apalagi kalau ketahuan sumbernya itu-itu juga. Jadi pencitraan murahan,” kata Fadli, seperti dikutip dari laman detik.com.
Sebuah screenshot percakapan di aplikasi pesan WhatsApp sempat beredar di ranah maya yang mengesankan Ahok memesan karangan bunga untuk dirinya sendiri.
Soal kritikan Fadli Zon, Ahok tak ambil pusing. “Fitnah, kan. Saya dibilang biayain 1.200 karangan bunga. Nyatanya ini sudah lebih,” kata Ahok.
Mengenai kiriman bunga untuk Ahok-Djarot tersebut, calon Wakil Gubernur DKI Jakarta terpilih, Sandiaga Uno, berkomentar, “Bagus juga buat pengrajin bunga.”
Seorang warga memotret dua rekannya dengan latar belakang papan bunga untuk Ahok di komplek Balai Kota Jakarta, 26 April 2017. (Arie Firdaus/BeritaBenar)
Penggemar histeris
Azan Magrib baru saja berlalu ketika sesi foto bersama Ahok kembali dibuka. Beranda Balai Kota mendadak gaduh. Teriakan “Pak Ahok… Pak Ahok...!” muncul bersahut-sahutan.
Beragam gawai teracung ke udara, mencoba mengabadikan sosok yang mereka panggil. Tak lama, pintu utama Balai Kota dibuka. Satu persatu pendukung memasuki ruangan.
Mereka yang telah kebagian kesempatan berfoto dengan idola mereka tersebut meninggalkan gedung lewat pintu samping. Namun sekelompok remaja bergeming, asyik bertukar cerita pengalaman bertemu Ahok.
“Tinggi banget,” seorang remaja perempuan berbicara setengah berteriak kepada temannya.
“Tadi dipeluk,” rekan yang lain menimpali dengan suara tak kalah kencang.
Tak jauh dari kelompok remaja itu, seorang ibu meninggalkan pintu dengan berlari kecil sembari berbicara kepada rekannya, “Ngantre lagi, yuk!”
Sesi foto itu berakhir 30 menit kemudian. Dalam pengawalan ketat, Ahok pun berlalu, meninggalkan massa yang masih bergerombol di kompleks Balai Kota, dengan senyum menghias wajah mereka.