Facebook Nyatakan Kawal Pemilu Indonesia dari Hoaks

Seorang pakar menilai pencegahan hoaks oleh Facebook tidak otomatis akan menghilangkan peredaran berita bohong di Indonesia.
Tia Asmara
2019.03.05
Jakarta
190305_ID_Ap_Facebook_1000.jpg Seorang remaja membuka laman Facebook di sebuah kedai Internet di Jakarta, 5 Maret 2019.
AP

Platform media sosial Facebook menyatakan akan mengawal dan melindungi pemilihan umum (Pemilu) Indonesia yang akan digelar 17 April mendatang dari hoaks dan fitnah.

"Selama dua tahun terakhir, Faceboook telah mempelajari Pemilu di seluruh dunia untuk menciptakan pendekatan kuat guna melindungi Facebook dari akun palsu, berita palsu dan menjaga transparansi iklan," demikian pernyataan Facebook, Selasa, 5 Maret 2019.

Salah satu caranya adalah membatasi iklan Pemilu dari pengiklan berbasis di luar negeri atau partai politik tertentu guna mendorong atau menekan suara.

"Kami untuk sementara waktu menolak iklan terkait Pemilu dari luar Indonesia sebelum masa Pemilu. Memerangi campur tangan asing adalah pilar utama kami untuk menjaga integritas Pemilu," tambah pernyataan itu.

Disebutkan bahwa masyarakat bisa melaporkan iklan atau konten menyimpang dengan mengklik tanda tiga titik di sudut kanan atas di laman Facebook dan pilih "laporkan iklan".

Banyak isu keliru selama masa Pemilu berseliweran di Facebook seperti informasi salah, berita bohong, campur tangan asing, ancaman phishing, pelecehan, dan kekerasan.

"Tim kami bekerja sepanjang waktu untuk mengungkap pelecehan," sebutnya.

Secara global, Facebook bahkan mengklaim telah menghapus ribuan halaman, grup, dan akun yang terlibat dalam perilaku menyimpang.

Dengan pusat operasi di Singapura, tim yang terdiri dari para ahli akan fokus menjelang pemilu di Asia - Pasifik.

Perusahaan yang juga adalah pemilik Instagram dan Whatsapp ini mengatakan, platformnya menggunakan tindakan review otomatis dan secara langsung oleh manusia (manual) untuk mengidentifikasi berita palsu dan informasi yang salah, ujaran kebencian, dan campur tangan Pemilu.

Facebook juga merespons lebih cepat tentang pengaduan hal-hal terkait Pemilu, dengan memperkerjakan 3.000 untuk proyek itu.

Selain itu, Facebook akan bekerja sama dengan berbagai pihak seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU), peneliti dan akademisi untuk fact-checking isu-isu penting terkait Pemilu.

"Selain menghapus konten yang melanggar standar ketentuan, kami mengurangi distribusi berita yang hanya mementingkan click bait di News  Feed sehingga lebih sedikit orang yang melihatnya," demikian Facebook dalam rilisnya.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mencatat bahwa jumlah pengguna Facebook di Indonesia telah mencapai 132,7 juta orang.

Tidak hanya di Indonesia, Facebook juga menyatakan memblokir iklan yang didanai dari luar negeri saat Pemilu di Nigeria bulan Februari lalu.

Media sosial online yang didirikan oleh Mark Zuckerberg ini juga memberlakukan kebijakan yang sama untuk Thailand dan Ukraina yang akan menyelenggarakan Pemilu pada bulan ini.

Positif

Ketua Komunikasi Politik Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo - Ma'ruf Amin, Usman Kansong menyambut baik komitmen Facebook memerangi hoaks  menjelang pemilu.

"Bagus sekali itu karena catatan kami melaporkan FB merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk menyebarkaan hoaks. Kami sangat menyambut positif," katanya.

"Kami ingin Pemilu berkualitas dengan pertarungan ide gagasan bukan pertarungan hoaks. Indonesia sebagai negara (dengan penduduk) Muslim terbesar harus menjadi contoh Pemilu tanpa hoaks."

Komentar senada disampaikan Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto - Sandiaga Uno, Ferdinand Hutahea yang menyatakan dukungannya terhadap komitmen Facebook.

"Kami pada prinsipnya  mendukung karena penyebaran hoaks dan fake news merusak generasi mendatang. Mereka menjadi salah arah, dan dengan FB komitmen ini, kami senang dan mendukung itu," ujarnya

Ia berharap, selain fact checking, akan ada terobosan baru dalam menciptakan mesin software yang bisa mendeteksi secara otomatis hoaks dan fitnah.

"Hoaks sangat bahaya bagi demokrasi dan masa depan bangsa," katanya.

Data Kemenkominfo menyebutkan bahwa ada sekitar 800.000 situs di Indonesia yang telah terindikasi sebagai penyebar informasi palsu.

Hanya meredam

Pengamat politik dari Charta Politika, Yunarto Wijaya, menilai upaya Facebook dalam menangkal hoaks tidak otomatis akan menghilangkan peredaran hoaks di Indonesia.

"Tidak akan menghilangkan seluruhnya karena terciptanya hoaks itu lebih cepat daripada sistem keamanan cyber teraman dimanapun," katanya kepada BeritaBenar.

Kendati demikian, tambahnya, upaya yang dilakukan Facebook bisa meredam terjadinya hoaks di media sosial.

"Dengan pengetatan ini, mungkin akan membuat pencipta hoaks cenderung lebih malas membuat hoaks," ujarnya.

Menurut dia, karena banyaknya hoaks, Pemilu yang dihadapi Indonesia kualitasnya akan menurun dibandingkan sebelumnya.

"Bukannya saling menanggapi terhadap suatu isu malahan terhenti pada pembuktian ini hoaks atau tidak," katanya.

"Ini menjadi problem di seluruh dunia yang belum bisa diatasi."

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.