Hijrah Fest Ajak Umat Islam Kembali ke Jalan Lebih Baik

Panitia mengatakan festival diadakan sebagai jawaban atas fenomena hijrah yang menjadi kecenderungan kaum muda Muslim perkotaan saat ini.
Ami Afriatni
2018.11.09
Jakarta
181109_ID_hijrah_1000.jpg Ridho Alvino mendapat pelayanan hapus tato saat Hijrah Fest 2018 di JCC, Senayan, Jakarta, 9 November 2018.
Celia Caterina/BeritaBenar

Lewat celah yang disisakan oleh cadar yang menutup wajahnya, kedua mata Tesa Abygail yang berhiaskan lensa kontak berwarna coklat menatap ke arah antrean di hadapannya.

Di booth penghapusan tato, ia sabar menanyakan identitas para pengunjung dan mendaftarkan nama mereka di selembar kertas.

Booth yang dikelola 'Komunitas Gerak Bareng' adalah satu dari ratusan peserta Hijrah Fest 2018 yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, 9-11 November 2018.

Di bagian belakang booth, Ridho Alfino yang memakai kaus hitam bertulis, “Cukup Bagiku Allah” meringis saat pen laser mengenai kulit lengan kiri atasnya yang berhiaskan tato.

Pria 27 tahun itu mengaku telah lama ingin menghapus tato yang menghias tubuhnya setelah mendapatkan hidayah untuk berhijrah.

"Dari 2016, memang belum kesampaian, belum sempat waktunya. Lagi pula kalau di luar harus bayar mahal. Di sini gratis," ujar Ridho kepada BeritaBenar.

Meski gratis, sejumlah syarat harus dipenuhi pria yang bekerja sebagai konsultan transportasi ini, yakni menghapal surah Ar-Rahman - yang mengandung ayat-ayat tentang Tuhan Yang Maha Pemurah, dan melampir surat keterangan kesehatan dari dokter.

"Saya coba hapal surah ini, sekalian ibadah. Saya ingin kembali ke jalan yang benar," ujar Ridho.

"Bisa dicicil. Paling sedikit 5-10 ayat. Alhamdulillah, saya bisa 35 ayat."

Target Ridho berikutnya menghapus tato di punggungnya. Untuk itu, dia diminta menghapal 20 ayat surat Al-Quran itu.

Ridho menilai Hijrah Fest dapat membantu orang-orang sepertinya yang mau berhijrah dengan istiqamah.

"Hijrah artinya perpindahan, dari perlakuan buruk ke baik, dari tempat buruk ke tempat baik," tukasnya.

Gaya hidup modern

Ketua Panita Festival Hijrah 2018, Arie Kuncoro Untung, berharap festival ini dapat mendukung fenomena hijrah yang sedang menjadi gaya hidup modern kaum muda Muslim perkotaan.

"Kegiatan ini sebagai wadah mempertemukan perorangan maupun komunitas dalam rangka saling menguatkan satu sama lain dalam sebuah Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam),” kata pria, yang merupakan seorang selebriti di tanah air.

Mantan DJ MTV itu juga berharap acara ini juga mendorong perkembangan produk dan jasa syariah, sehingga bisa meningkatkan perekonomian masyarakat.

Apalagi festival ini diikuti lebih 200 pengusaha Muslim, sejumlah tokoh selebriti Muslim, dan juga penceramah kondang tanah air.

Seorang pengurus Cah Hijrah di arena Hijrah Fest 2018 di Jakarta, 9 November 2018. (Celia Caterina/BeritaBenar)
Seorang pengurus Cah Hijrah di arena Hijrah Fest 2018 di Jakarta, 9 November 2018. (Celia Caterina/BeritaBenar)

Bantu hapus stigma

Menurut Tesa yang merupakan pengurus “Komunitas Gerak Bareng”, persyaratan merupakan bentuk kesungguhan mereka yang ingin berhijrah.

"Background (gerakan ini) adalah anak-anak jalanan yang memiliki tato. Mereka punya stigma negatif di masyarakat. Ini bentuk kepedulian kita, bentuk syiar kita kepada masyarakat, karena mereka berhak berubah, untuk memiliki hidup lebih baik, tidak dipandang sebelah mata," ujar Tesa yang mengaku memiliki tato.

Tesa berharap festival bisa membantu komunitas mempertahankan program, terutama dalam menggaet donatur karena biayanya tidak murah, sementara gelombang hijrah kaum muda kian banyak.

"Hijrah adalah proses belajar dan menemukan lingkungan yang baik. Bersama teman-teman di komunitas, kami seperti men-charge iman. Insya Allah ke depannya saya lebih baik karena saya punya teman-teman yang baik," ujarnya.

Bagi Istajib Barlian, hijrah juga bagai menemukan jalan lebih baik, apalagi sebelumnya ia akrab dengan kehidupan malam ketika tinggal di Jakarta.

"Saya dapat hidayah untuk berhijrah. Berat memang karena sempat di-bully juga sama teman-teman. Tapi saya jadikan itu sebagai nikmat, sebagai tantangan," kata sosok yang akrab disapa Tatang.

Beserta rekan-rekannya, dia mendirikan Komunitas Cah Hijrah di Semarang, Jawa Tengah, pada Agustus 2017.

Komunitas yang awalnya beranggotakan 17 orang ini mulanya hanya menggelar kajian taklim di Masjid Al-Furqon di Kawasan Pleburan, Semarang.

Dipilihnya masjid tersebut karena banyak anak muda nongkrong di kafe-kafe sekitar masjid.

"Dulu mereka banyak minum minuman khamar (alkohol). Kita berdakwah secara akhlak. Setiap malam Jumat di situ jadi semacam kampung santri. Mereka risih dengan sendirinya. Lama-kelamaan tidak ada," ujar Tatang.

"Kita mengajak mereka ngobrol karena kewajiban seorang Muslim harus mengingatkan sesama saudara Muslim lain, dengan cara santun, jangan memaksa, jangan men-judge. Yang penting adalah bertaubat lebih dahulu.”

Dipilihnya nama Cah Hijrah, ujar Tatang, agar lebih bersahabat di telinga kaum muda, seraya mengedepankan Ukhuwah Islamiyah.

"Kita berbeda latar belakang, organisasi, partai, monggo apa saja. Kita kesampingkan semua itu. Di sini kita semua Islam. Kita salat sama, syahadat sama, puasa sama. Soal perbedaan, urusan ulama. Kita di sini semua santri," ujar Tatang yang bekerja sebagai juru masak di sebuah kafe.

Beberapa anggota Cah Hijrah, lanjutnya, telah membuka kafe di Semarang yang jadi tempat berkumpul teman-teman komunitas.

"Sambil ngopi, kami ngobrol perkara iman. Jadi bukan hal-hal yang tak berguna. Kalau waktunya salat, kafe tutup sementara. Salat semua," tegasnya.

Lewat Hijrah Fest, Tatang berharap agar lebih dapat memperkuat persaudaraan sesama Muslim di Indonesia.

"Kita berbeda latar belakang, tapi bersaudara. Kita berjamaah. Islam itu rahmatan lil’alamin (rahmat bagi seluruh alam). Islam itu indah," pungkasnya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.