Wisata Balai Kota, Cara Lain Kenal Jakarta

Arie Firdaus
2016.03.04
Jakarta
160304_ID_JAKARTA_620.jpg Sepasang anak muda berkunjung ke Balai Kota Jakarta, 21 Februari 2016.
Arie Firdaus/BeritaBenar

Beberapa langkah usai melewati pintu depan Balai Kota DKI Jakarta, Ismail memutar badannya hampir 180 derajat. Kepalanya mendongak.

"Bagus," katanya lirih.

Seperti tak ingin melewatkan keindahan tersebut begitu saja, ia kemudian meminta seorang petugas yang berjaga di pintu memotretnya. Sigap ia berpose: berdiri di sebelah meja kayu yang permukaannya kekuningan akibat cahaya lampu.

Lalu, Cekrek! Bunyi kamera.

Sejenak melihat hasil foto, pria asal Kebayoran Lama, Jakarta Selatan itu menunjukkan senyum puas. Mengucapkan terima kasih, ia pun berlalu.

Minggu siang itu, 21 Februri 2016, senyum dan kekaguman seperti diperlihatkan Ismail adalah perihal lumrah yang tampak di Balai Kota Jakarta. Tak ada muka tegang karena memang tidak ada pekerjaan yang harus diselesaikan hari itu.

Ya, karena akhir pekan adalah hari berwisata di Balai Kota Jakarta. Seperti yang dilakukan Ismail.

Sejak September tahun lalu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok memang menetapkan Balai Kota sebagai salah satu lokasi tujuan wisata.

Masyarakat bisa berkunjung secara gratis saban Sabtu dan Minggu, pukul 09.00-17.00 WIB.

Menurut Ahok, wisata ini dimaksudkan agar warga Jakarta bisa mengenal dan mengetahui sejarah ibukota Indonesia.

"Dulu kalau kita dengar datang ke Balai Kota, kan, takut karena pasti dilarang masuk. Padahal, orang juga pengen lihat, kan? Anak sekolah juga pengen ngelihat gubernur-gubernur dulu siapa, sih? Ini ada fotonya," kata Ahok saat peresmian wisata Balai Kota, September tahun lalu.

Kecuali ruang kerja Gubernur – ditutup karena alasan keamanan dokumen –  pengunjung bisa menjelajah setiap ruangan gedung peninggalan Belanda ini secara leluasa dalam wisata ini.

Ruang tamu

Mau berfoto di ruang tamu yang berukuran sekitar dua kali lapangan futsal seperti yang dilakukan Ismail? Tak jadi soal. Semua bebas berpose di setiap sudut ruangan.

Tak banyak hal menarik di ruang tamu sebenarnya. Hanya ada beberapa perabot meja dan kursi kayu. Ditambah pemanis kaca besar dengan ukiran logo Pemerintahan DKI Jakarta di puncaknya serta lampu hias.

Menurut seorang petugas, ruangan ini sengaja didesain agar tak diisi banyak furnitur karena sehari-hari hanya difungsikan sebagai ruang transit atau ruang tunggu untuk tamu yang ingin bertemu gubernur.

"Jadi, ya, cuma ada kursi dan meja," ujarnya.

Bergeser ke dalam, terdapat sebuah ruangan lebih kecil penuh sofa hitam rendah yang disusun berbentuk huruf 'U'. Ini adalah ruang tunggu tamu penting. Letaknya berhadapan langsung dengan ruangan kerja gubernur yang terkunci rapat.

Suasa ruang kontrol Jakarta Smart City di lantai 3 Balai Kota Jakarta, 21 Februari 2016.  (Arie Firdaus/BeritaBenar)

Peninggalan Belanda

Hal menarik dapat dinikmati jika bergeser sedikit ke dalam karena pengunjung bakal mendapati ruang galeri foto. Di dinding kanan dan kiri, terpajang foto-foto gubernur yang pernah memimpin Jakarta. Tujuh foto di sebelah kanan dan enam di sebelah kiri.

Pintu raksasa menganga untuk kemudian membawa pengunjung memasuki hall utama Balai Kota. Bagian inilah yang menurut pengunjung lain, Randi Irawan, paling menggambarkan warna khas bangunan peninggalan Belanda.

Memandang lurus dari pintu setinggi tiga meter itu ke arah dalam, pengunjung memang bisa menikmati gaya arsitektur neo-klasik dan grandeur (megah) khas bangunan Belanda di Nusantara awal abad ke-19.

Dua belas pilar putih menopang atap yang tinggi berhias lima lampu chandelier, yang menjulur berkilauan. Dilengkapi tangga di ujung ruangan dengan pegangan kokoh.

"Rasanya megah. Kayak di film-film," ujar warga Duri Kosambi, Jakarta Barat tersebut.

Dalam ruangan ini pula, pengunjung bisa mengenal beberapa program Pemerintah DKI yang dipajang lewat papan papan pengumuman di kanan dan kiri aula. Beberapa di antaranya adalah perkembangan proyek revitalisasi waduk Pluit dan bantaran kali di beberapa tempat.

Naik ke lantai tiga dengan lift di sisi kanan, pengunjung bisa melihat lihat ruang kontrol Jakarta Smart-City yang diresmikan Desember lalu. Ruangan ini adalah tempat pemantauan kondisi seluruh Jakarta dan menjadi "keranjang" untuk setiap laporan dari masyarakat.

Randi cukup terkesan dengan keberadaan ruang kontrol ini. "Bagus, lah. Setiap laporan masyatakat bisa diproses cepat," katanya.

Ketika ditanya bagaimana pendapatnya soal wisata Balai Kota secara umum, Randi mengaku puas.

"Mestinya harus ada guide (pemandu) yang dapat membantu menjelaskan agar pengunjung bisa lebih tahu soal sejarah Jakarta," kata pria 27 tahun itu.

Tak jauh berbeda pendapat Ismail.

"Itu (guide) juga penting. Untuk yang pertama kali datang seperti saya, agar enggak bingung," katanya.

“Tetapi secara keseluruhan, ini sudah memuaskan. Membuat saya lebih tahu tentang Jakarta.”

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.