OPM Klaim Bunuh 2 Prajurit TNI di Yahukimo Papua

Pimpinan kelompok separatis bersenjata nyatakan perang dengan aparat keamanan.
Tria Dianti
2021.05.18
Jakarta
OPM Klaim Bunuh 2 Prajurit TNI di Yahukimo Papua Anggota TNI bersiaga dalam persiapan pengamanan perayaan Idulfitri di Timika, Papua, 12 Mei 2021.
AFP

Organisasi Papua Merdeka (OPM) mengatakan telah membunuh dua orang tentara di Yahukimo, Papua, pada Selasa (18/5) sebagai balasan atas tindakan TNI-Polri yang mereka klaim telah menembaki pemukiman penduduk desa di Kabupaten Puncak, hal yang dibantah oleh aparat keamanan Indonesia yang semakin meningkatkan operasinya pasca dibunuhnya kepala intelejen Papua bulan lalu.

Juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), sayap bersenjata OPM, Sebby Sambom, menyatakan pihaknya berada di balik penyerangan terhadap dua anggota TNI di Distrik Dekai, Yahukimo itu.

“Ya benar TPNPB Komando Daerah Pertahanan XVI Yahukimo bertanggungjawab atas penyerangan itu,” ujar Sebby kepada BenarNews.

Penyerangan dilakukan pasukan TPNPB dibawah komando Goliath Tabuni dan Lekagak Telenggen, ujarnya.

Ia mengatakan, penyerangan itu dilakukan anggotanya sebagai balasan dari tindakan TNI-Polri yang menembaki pemukiman penduduk di desa Mayuberi, Ilaga Utara, Kabupaten Puncak, akhir pekan lalu.

“Ya sebagai balas dendam. Kami akan terus lakukan perlawanan sampai Papua merdeka,” tegas Sebby, menyatakan perang dengan TNI-Polri untuk kemerdekaan wilayah paling timur Indonesia yang resmi menjadi bagian dari NKRI pada tahun 1969 setelah diadakannya Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera), yang oleh banyak aktivis HAM dan sejumlah masyarakat Papua dinilai cacat hukum karena disinyalir penuh kecurangan.

Dibacok

Sebelumnya pada hari yang sama, militer Indonesia mengatakan sekelompok orang bersenjata tajam menyerang dua prajurit TNI hingga tewas dan membawa lari senjata api mereka di Kabupaten Yahukimo.

Prada Ardi Yudi Ardianto (21) dan Praka Alifnur Angkotasan (28) tewas setelah mengalami luka bacok pada beberapa bagian tubuh karena dikeroyok saat melakukan pengamanan pembangunan talud di dekat Camp PT. Pentagon Terang Asli, di Kali Braga, Distrik Dekai, demikian Kepala Penerangan Kogabwilhan III Kol I Gusti Nyoman Suriastawa.

“Ya benar dua prajurit gugur, satu meninggal di lokasi sementara satu lagi yang tadinya kritis akhirnya meninggal di rumah sakit,” ujar Suriastawa kepada BenarNews.

Senjata SS2V4 kaliber 5,56 milik kedua korban dibawa lari oleh pelaku, ujarnya.

Kapendam XVII/ Cenderawasih Letkol Reza Nur Patria mengatakan saat ini jenazah sudah dievakuasi ke RS Dekai.  

“Sampai dengan saat ini Aparat TNI Polri masih melakukan pengejaran terhadap Kelompok OTK (Orang Tak Dikenal) tersebut,” ujar Reza dalam rilis yang diterima BenarNews.

Menurut rencana, kedua jenazah dijadwalkan akan dibawa Rabu (19/5) ke Jayapura dengan menggunakan pesawat untuk  kemudian dipulangkan ke daerah asalnya.

Kontak tembak di Puncak

Peristiwa di Yahukimo tersebut terjadi setelah kontak tembak antara aparat keamanan dan gerilyawan OPM yang terjadi akhir pekan kemarin di Kampung Mayuberi, Distrik Ilaga Utara, Kabupaten Puncak.

Dalam peristiwa tersebut, Satgas Nemangkawi, operasi yang ditujukan untuk menumpas kelompok separatis bersenjata, menembak tiga orang anggota OPM pimpinan Lekagak Telenggen pada hari Minggu (16/5).

“Dua tewas sementara satu orang lainnya terluka dan melarikan diri,” kata Kasatgas Humas Nemangkawi, M. Iqbal Alqudusy kepada BenarNews.

Dalam kejadian tersebut beberapa barang bukti disita seperti satu pucuk senjata organik, peluru 17 butir, 4 selongsor peluru, dan dua magazine.

Sehari sebelumnya, petugas juga menangkap tiga orang gerilyawan separatis saat dilakukan penggerebekan di rumah milik Numbuk Telenggen, salah satu orang yang diduga menjadi anggota OPM sayap Lekagak Telenggen di kampung Ninggabuma, Gome, Kabupaten Puncak.

Dari penggerebekan di tempat itu ditemukan antara lain senapan angin, peluru kaliber 5,56, empat ponsel, 30 anak panah, dan dokumen OPM, kata Iqbal dalam keterangan tertulis.

Numbuk masuk dalam Daftar Pencarian Orang  (DPO) Polres Puncak dalam perkara pembunuhan terhadap anggota Brimob Bharada I Komang Wira Natha bulan lalu.

Akhir bulan lalu, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mohammad Mahfud MD menyatakan kelompok separatis OPM sebagai kelompok teroris usai tewasnya Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) untuk daerah Papua, Brigjen TNI I Gusti Putu Danny Nugraha Karya dalam kontak senjata dengan pemberontak.

TPNPB juga menyatakan bertanggung jawab atas tewasnya dua orang guru, satu tukang ojek dan seorang remaja 16 tahun karena mencurigai mereka sebagai mata-mata aparat keamanan.

Mengungsi

Aktivis Gereja Kingmi dan HAM Papua, Yones Douw membenarkan adanya penyergapan TNI-Polri ke kampung Mayuberi untuk mencari anggota OPM.

“Itu benar tanggal 16 hari Minggu, mulai jam 11.00 hingga 14.00 ada penyerangan dari militer ke OPM dengan dua helikopter. Mereka menembaki gunung, lereng dan membabat kompleks masyarakat.” ujar Douw.

Saat itu, sebagian besar masyarakat sudah mengungsi ke ibukota dan kantor kepala dinas, sementara sebagian yang bertahan berlindung di bebatuan dan balik pohon besar.

“Ada yang lari ke gunung, ada yang mengungsi ke kota. Tidak ada korban dari masyarakat. Namun rumah masyarakat hancur, dan satu rumah ibadah hancur,” ujarnya. 

Gereja Mabuki di kampung Mayuberi, distrik Ilaga Utara dilaporkan hancur dalam serangan itu.

“Korban hanya dari TPNPB saja, kena tembak,” tambahnya.

Bantah tuduhan

Kasatgas Humas Nemangkawi, M. Iqbal Alqudusy membantah tudingan TPNPB yang menyatakan pasukan TNI dan Polri menyerang rumah penduduk dalam operasi di Ilaga Utara.

“TNI-Polri tidak membakar perkampungan,” kata Iqbal, “Sebby adalah juru bicara teroris  jadi semua yang di sampaikan adalah kebohongan!”

Kapolda Papua Irjen Pol Mathius D Fakhiri juga membantah kabar yang mengatakan pasukan keamaan membombardir warga dengan peluru dari helikopter dan menyebabkan tempat ibadah hancur.

“Memang kita punya helikopter, namun tidak kita gunakan untuk serangan udara karena dapat menimbulkan hal yang tidak diinginkan,” ujar Fakhiri pada Senin dalam konferensi pers di Papua.

Hal senada disampaikan Suriastawa yang membantah kabar TNI telah melakukan serangan udara terhadap rumah warga dan gereja di sipil di Ilaga Utara.

Suriastawa juga menjelaskan, adanya foto selongsong yang disebut selongsong rudal helikopter dalam pemberitaan adalah hoaks, dan mengatakan bahwa itu merupakan selongsong pelontar granat.

“Itu selongsong pelontar granat. Kemungkinan besar dari penyergapan terhadap pos tinjau kelompok teroris OPM di Kampung Mayuberi Distrik Ilaga, Minggu (16/5) yang menewaskan dua teroris OPM,” ungkapnya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.