Seratusan orang lebih tewas dalam kerusuhan sepak bola di Malang

Presiden Jokowi memerintahkan PSSI hentikan sementara Liga 1 sampai ada evaluasi.
Eko Widianto
2022.10.02
Malang, Jawa Timur
Seratusan orang lebih tewas dalam kerusuhan sepak bola di Malang Seorang perempuan menangis setelah menerima konfirmasi bahwa anggota keluarganya termasuk di antara mereka yang tewas dalam kerusuhan sepak bola di Stadion Kanjuruhan, di sebuah rumah sakit di Malang, Jawa Timur, 2 Oktober 2022.
[Dicky Bisinglasi/AP]

Diperbarui pada Minggu, 2 Oktober 2022, 22:00 WIB

Dalam laporan terbarunya pemerintah menyatakan bahwa jumlah korban meninggal dalam  kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang adalah 125 orang setelah sebelumnya sempat mengatakan 174 orang tewas terinjak-injak pada Sabtu malam ketika polisi menembakkan gas air mata kepada suporter sepak bola tuan rumah, Arema FC Malang, yang menyerbu masuk lapangan ketika tim mereka kalah 2-3 dari lawannya, Persebaya Surabaya.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo merevisi jumlah korban tewas menjadi 125 pada Minggu malam, dengan mengatakan jumlah sebelumnya adalah hasil penghitungan ganda.

"Saat ini data terakhir hasil pengecekan jumlahnya 125 karena ada yang tercatat ganda," kata Listyo setelah meninjau lokasi insiden  dan mengunjungi pasien di Malang.

Tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur, pada 1 Oktober itu merupakan salah satu bencana sepak bola terburuk di dunia, dan mendorong Presiden Indonesia Joko "Jokowi" Widodo untuk menangguhkan pertandingan liga sepak bola papan sambil menunggu investigasi.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur Budi Santoso mengungkapkan selain korban meninggal, sebanyak 11 orang menderita luka berat dan 298 lainnya mengalami luka ringan.

“Setelah pertandingan berakhir sejumlah pendukung Arema kecewa dan turun ke lapangan untuk mencari pemain dan official,” kata Budi menceritakan kronologi kejadian dalam pernyataan tertulisnya.

Kemudian, kata Budi, petugas pengamanan yang menjaga di lokasi melakukan upaya pencegahan dengan melakukan pengalihan agar suporter tersebut tidak turun ke lapangan dan mengejar pemain namun kemarahan suporter tetap tidak terkendali, justru melempar benda ke lapangan.

“Guna meredakan kemarahan suporter, polisi melepaskan tembakan gas air mata ke arah suporter,” kata Budi.

Dari tembakan gas air mata itu suporter yang mencoba menghindar harus mengorbankan penonton lain dengan menginjak-injak guna menyelamatkan diri dan banyak dari penonton yang mengalami sesak napas akibat asap gas air mata, tambah Budi.

Kapolda Jawa Timur Nico Afinta mengatakan sebagian besar korban meninggal saat mereka memadati gerbang Stadion Kanjuruhan di kota Malang, setelah kekalahan tuan rumah Arema FC dari rival Persebaya Surabaya yang memicu kerusuhan.

"Suporter berlarian ke satu sudut stadion dan banyak yang mati lemas karena terlalu sesak," kata Nico kepada wartawan, seraya menambahkan bahwa dua petugas polisi termasuk di antara yang tewas.

Nico mengatakan keputusan untuk menembakkan gas air mata itu sesuai dengan prosedur setelah sekitar 3.000 suporter menyerbu lapangan. Sepuluh kendaraan dibakar selama kerusuhan, kata dia.

“Kalau suporter mengikuti aturan, kejadian ini tidak akan terjadi,” kata Nico.

Penggunaan gas air mata oleh polisi untuk membubarkan massa itu menimbulkan pertanyaan karena badan sepak bola dunia, FIFA, melarang penggunaan gas pengendali massa dan senjata api di stadion.

"Polisi yang bertanggung jawab atas keamanan melanggar peraturan keselamatan dan keamanan stadion FIFA," kata pakar sepak bola Akmal Marhali kepada Kompas.com.

“PSSI mungkin lalai karena tidak memberi tahu polisi bahwa prosedur keamanan di pertandingan sepak bola tidak sama dengan yang ada di demonstrasi,” tambahnya.

Suporter Persebaya yang hadir di kerumunan sedikit karena pihak berwenang telah memutuskan sebelum pertandingan bahwa pertandingan hanya boleh dihadiri oleh suporter Arema, mengingat persaingan sengit antara kedua klub di kompetisi papan atas Liga 1, kata Nico.

Seorang penyintas bernama Doni mengatakan kepada Kompas TV bahwa polisi menembakkan gas air mata ke penonton di salah satu bagian stadion.

"Ada keributan di lapangan dan orang-orang naik kembali ke tribun. Setelah itu polisi menembakkan gas air mata ke tribun. Kami berebut keluar. Saat itu panas dan orang-orang lemas," kata Doni, yang saudara laki-laki dan istri dari saudaranya itu meninggal dalam kejadian tersebut.

Sepak bola merupakan olahraga yang rawan insiden kekerasan di Indonesia terutama di kalangan penggemar klub sepak bola Surabaya, Jakarta, dan Bandung.

Saksi mata mengatakan para penggemar yang kecewa dengan kekalahan itu melampiaskan kemarahan pada pemain mereka sendiri yang kalah dari Persebaya di kandang mereka untuk pertama kalinya dalam 23 tahun, dan tidak menyerang pendukung lawan.

Suporter mengejar pemain tuan rumah setelah pertandingan untuk mengungkapkan kekecewaan mereka dan dihadang oleh polisi, yang menembakkan gas air mata beberapa kali ke arah kerumunan, kata suporter Arema, Rezqi Wahyu.

"Mereka semakin banyak datang dan stadion semakin kacau karena mereka datang dari semua bagian untuk melampiaskan kekecewaan mereka pada pemain," tulisnya di Twitter.

Dalam foto tertanggal 2 Oktober 2022 ini, tampak sebuah kendaraan pribadi dibakar suporter Arema FC Malang di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur, usai kekalahan tim mereka dalam pertandingan melawan Tim Persebaya Surabaya pada malam sebelumnya. [Eko Widianto/BenarNews]
Dalam foto tertanggal 2 Oktober 2022 ini, tampak sebuah kendaraan pribadi dibakar suporter Arema FC Malang di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur, usai kekalahan tim mereka dalam pertandingan melawan Tim Persebaya Surabaya pada malam sebelumnya. [Eko Widianto/BenarNews]

Jokowi: Hentikan sementara Liga sampai ada evaluasi

Insiden tersebut mendorong Presiden Indonesia Joko "Jokowi" Widodo untuk memerintahkan penangguhan kompetisi papan atas Liga 1 sambil menunggu penyelidikan.

“Saya turut berbela sungkawa atas meninggalnya 129 rekan kita dalam tragedi sepak bola di Kanjuruhan,” kata Jokowi dalam sebuah pernyataan.

"Saya juga sudah memerintahkan PSSI (Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia) untuk menghentikan sementara Liga 1 sampai ada evaluasi dan perbaikan," imbuhnya.

"Saya menyesali tragedi ini dan berharap ini yang terakhir," katanya, “bersama-sama kita harus menjaga sportivitas, kemanusiaan dan persaudaraan.”

Sementara itu, Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan mengatakan bahwa tim telah dikirim ke Malang untuk menyelidiki insiden tersebut dan menyalahkan suporter Arema yang nakal atas tragedi tersebut.

"Kami menyayangkan aksi suporter Arema di Stadion Kanjuruhan," kata Iwan, panggilan akrab Mochamad Iriawan.

"Kami menyampaikan belasungkawa dan meminta maaf kepada keluarga korban dan semua yang terkena dampak insiden itu," ujarnya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.